Pendidikan 2.0 atau 4.0

Pendidikan 2.0 atau 4.0

Pendidikan 2.0 atau 4.0 – Publik menanggapi terpilihnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan secara berbeda-beda. Ada yang menanggapi dengan sangat bersemangat, berharap bahwa Nadiem Makarim akan membawa perubahan segar di dalam pendidikan yang ada di Indonesia. Akan tetapi ada juga yang skeptis yang menganggap bahwa Nadiem Makarim tidak tepat berada di posisi itu, karena dia masih sangat terlalu muda dan belum pernah berkecimpung ke dalam dunia pendidikan.

Banyak yang bertanya apakah konsep pendidikan yang akan dijadikan sebagai fondasi kebijakan-kebijakan pendidikan oleh Nadiem? Pertanyaan tersebut telah salah kaprah kalau ditujukan ke sosok Nadiem Makarim. Nadiem Makarim hanyalah seorang menteri, yaitu pembantu presiden. Konsep yang paling dasar soal kebijakan seharusnya ada pada presiden. Nah, apa konsep pendidikan Presiden Joko Widodo? idn poker

Banyak yang tidak melihat ada kata kunci besar soal pendidikan dalam berbagai pernyataan Presiden Jokowi soal pendidikan. Itu pula yang tercermin dalam kinerja Menteri Pendidikan selama 5 tahun terakhir. Yang sempat bikin heboh adalah rencana untuk menjalankan full day school yang ditentang banyak orang. Tak jelas pula konsep apa yang menjadi dasar keinginan itu. Kemudian yang tahun lalu membuat heboh adalah sistem zonasi dalam penerimaan siswa di sekolah negeri.

Pendidikan 2.0 atau 4.0

Sesungguhnya apa yang diinginkan Presiden Joko Widodo terhadap pendidikan yang ada di Indonesia? Banyak yang mencari berita-berita soal itu, dan banyak yang menemukan beberapa artikel di media online. Salah satu artikel merangkum 6 program atau janji Jokowi. Lima di antaranya adalah soal yang sangat teknis, yaitu total anggaran, alokasi dana BOS, kartu pra-kerja, dan dua tentang beasiswa. Hanya satu yang sifatnya agak konseptual, yaitu soal pendidikan yang selaras dengan industri. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Lalu bagaimana penjabaran konsep pendidikan yang selaras dengan industri itu? Presiden Jokowi mengatakan bahwa pemerintah akan merancang pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri. Hal tersebut dinilai penting mencetak calon-calon pemikir, penemu, dan entrepreneur hebat di masa depan. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas manusia yang ada di Indonesia juga akan ditekankan pada perbaikan kualitas guru, mulai dari proses penyaringan, pendidikan keguruan, pengembangan pembelajaran, dan metode pengajaran yang tepat dengan memanfaatkan teknologi. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Terdapat 3 kata kunci pada program tersebut, yakni “sesuai kebutuhan industri”, “meningkatkan kualitas guru”, dan “memanfaatkan teknologi”. Kalau dirangkai, pemerintah akan meningkatkan kualitas guru, melatih mereka mengembangkan berbagai metode pengajaran dengan menggunakan teknologi untuk mendidik anak-anak muda agar siap bekerja sesuai kebutuhan industri. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh banyak orang berikutnya yaitu, industri macam apa? Ketika berbicara mengenai industri, maka orang sering kali langsung berbicara mengenai Industri 4.0. Nadiem Makarim sering dianggap oleh banyak orang sebagai tokoh yang sukses dengan bisnis jenis 4.0 ini. Maka dari itu, mungkin Nadiem Makarim lah yang cocok untuk menjadi menteri.

Sering kali muncul pertanyaan mengenai Industri apa yang dimiliki Indonesia? Kita harus dengan jujur mengakui bahwa industri yang di miliki Indonesia sebenarnya masih belum jauh beranjak dari industri “pertukangan”. Jika kamu ini mengetahui industri apa saja yang di miliki Indonesia, Maka kamu dapat berkunjung atau mendatangi berbagai kawasan industri, maka yang akan kita temukan jika kita berkunjung atau mendatangi berbagai kawasan industri adalah perusahaan-perusahaan asing yang mendirikan pabrik di Indonesia. Ada perusahaan asing yang membangun pabrik di Indonesia sebab produk yang mereka hasilkan akan dijual di Indonesia. Sebagian perusahaan asing yang lain nya hanya meminjam tempat di Indonesia, menikmati lahan dan tenaga kerja yang murah, untuk memproduksi barang yang akan dijual ke berbagai negara negara lainnya.

Indonesia nyaris tidak memiliki industri yang secara mandiri mengembangkan produk. Kita tidak mempunyai teknologi untuk melakukan hal itu. Kita tidak mempunyai Sumber Daya Manusia yang memadai untuk membangun teknologi teknologi tersebut. Kalau konteksnya industri Indonesia yang mandiri, Industri 4.0 itu ialah mimpi yang masih jauh tinggi di awang-awang.

Cina merupakan negara raksasa yang mempunyai industri raksasa pula. Akan tetapi perlu di ingat, industri Cina tidak selalu berupa industri raksasa. Terdapat begitu banyak industri kecil menengah yang ada di Cina, dan sebagian besar beroperasi dengan cara Industri 2.0. Barang-barang yang berasal dari Cina yang membanjiri pasar kita pada saat ini sebagiannya adalah produk industri kecil dan menengah yang ada di negara Cina.

Artinya, kita sebenar nya mepunyai PR yang sangat besar untuk membangun industri kecil menengah, guna memproduksi barang-barang kebutuhan kita sendiri, yang pada saat ini sebagian besar masih di impor dari Cina. Apa yang dibutuhkan untuk membangun industri itu? Yang dibutuhkan untuk membangun industri itu ialah manusia. Manusia ialah sentral pada industri kecil menengah.

Di negara Jepang dikenal sosok shokunin, shokunin ialah pengrajin yang tekun, yang mengembangkan produk, memproduksi nya dalam skala kecil menengah, dengan tenaga manusia sebagai pusat kekuatan nya. Hidup dan mati nya industri ini ditentukan oleh kemahiran dan etos kerja dari para pekerjanya. Tidak cuma negara Jepang yang begitu, negara Cina pun demikian.

Pendidikan 2.0 atau 4.0

Kalau kita sekali lagi berkunjung ke kawasan industri, kita akan bertemu dengan para pekerja yang bekerja di industri. Lalu apakah keluhan investor soal pekerja yang ada di Indonesia? Pada umumnya para investor mengeluh mengenai disiplin, etos kerja, dan integritas. Hal tersebut semua tentu saja berujung pada produktivitas. Boro-boro berkreasi membangun industri sendiri, bekerja pada orang lain saja pun kita tak becus.

Lalu, bagaimana pendidikan menyelesaikan masalah ini? Lihatlah sekolah-sekolah kita. Apa yang terjadi di sana? Murid-murid dijejali dengan berbagai pelajaran, akan tetapi minim pendidikan karakter. Guru-guru juga masih banyak yang bermasalah dalam hal karakter, disiplin, dan integritas.

Bagi kebanyakan orang hal ini adalah masalah fundamental dalam pendidikan kita. Sekolah harus dapat mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang penuh dengan kedisiplinan, mempunyai rasa tanggung jawab, memiliki etos kerja, dan juga memiliki kreativitas yang tinggi. Untuk mencapai hal itu tidak perlu mengubah kurikulum. Jangan sampai ganti menteri ganti kurikulum lagi. Cukup dengan cara mengubah pola pikir para guru, dan juga mengubah pendekatan pendidikan. Peningkatan kualitas guru seperti yang diprogramkan tadi fokuskan untuk mengubah pola pikir, disiplin, etos kerja, dan integritas para guru.

Banyak yang membayangkan sebuah sekolah yang dengan penuh kasih mengajari anak-anak untuk tertib dalam mengantre, rajin menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka, disiplin mengenai waktu, hormat pada guru guru mereka. Semua hal itu di tegakkan dengan kasih, bukan dengan ancaman sanksi. Anak-anak diajak untuk eksplorasi dan berpikir, bukan menjadi pendengar setia ocehan guru-guru, atau lebih buruk lagi, jadi penghafal. Bisakah Nadiem Makarim mengubah sekolah yang ada sekarang menjadi sekolah yang demikian?